World Bank: Krisis Eropa Menjadi Duri bagi Pertumbuhan Global
10 Juni 2010 17:00
Laporan terakhir Bank Dunia memperkirakan GDP global akan melebar antara 2,9% dan 3,3% pada 2010 dan 2011. Penguatan akan berlanjut dalam range 3,2% hingga 3,5% di 2012.
Namun, rilis World Bank juga menggaris bawahi pembengkakan hutang negara eropa dapat mengayun beban kredit dan mengganggu investasi serta pertumbuhan di negara-negara berkembang, yang perekonomiannya diprediksi mekar antara 5,7% - 6,2%. Pertumbuhan rata-rata pada negara dengan pemasukan besar justru diprediksi terkikis menjadi 2,1% - 2,3% pada tahun ini.
Akan tetapi, proyeksi dari bank dunia ini berlandaskan pada asumsi bahwa bail out 750 miliar Euro berhasil memupus penyebaran krisis eropa. Sehingga efektifitas program ini nantinya akan menentukan pembuktian angka-angka tersebut. World Bank juga mengingatkan negara-negara steril dari maslah keuangan untuk tetap berhati-hati, terutama bagi mereka yang memiliki hubungan perdagangan dengan negara debitur. "Permintaan stimulus dari negara-negara dengan high income memberi beban baru bagi pemulihan global," tutur Hans Timmer, Direktur Prospects Group Bank Dunia.
Beberapa waktu lalu, kepala Bank Sentral Australia, Glenn Stevens, mengluarkan pernyataan optimis mengenai prospek ekonomi negara. Stevens meyakini bahwa Australia relatif aman dari pengaruh krisis karena mayoritas mitra penting datang dari Asia Timur. Ia mempercayai diferensiasi pasar inilah yang akan membentengi Australia dari eropa, meski tingkat pertumbuhan Asia melambat. Australia kini menjadi satu-satunya negara maju yang steril dari resesi. Pertolongan besar bagi Aussie muncul dari kerjasama dengan Cina, khususnya melalui permintaan bijih besi dan bahan mentah.
Namun, Stevens juga tidak menganggap ringan dampak krisis eropa bagi negaranya. "Episode belum berakhir, masalah ini membutuhkan penanganan semua pihak disamping pengawasan dari Kami," komentar Stevens.
Namun, rilis World Bank juga menggaris bawahi pembengkakan hutang negara eropa dapat mengayun beban kredit dan mengganggu investasi serta pertumbuhan di negara-negara berkembang, yang perekonomiannya diprediksi mekar antara 5,7% - 6,2%. Pertumbuhan rata-rata pada negara dengan pemasukan besar justru diprediksi terkikis menjadi 2,1% - 2,3% pada tahun ini.
Akan tetapi, proyeksi dari bank dunia ini berlandaskan pada asumsi bahwa bail out 750 miliar Euro berhasil memupus penyebaran krisis eropa. Sehingga efektifitas program ini nantinya akan menentukan pembuktian angka-angka tersebut. World Bank juga mengingatkan negara-negara steril dari maslah keuangan untuk tetap berhati-hati, terutama bagi mereka yang memiliki hubungan perdagangan dengan negara debitur. "Permintaan stimulus dari negara-negara dengan high income memberi beban baru bagi pemulihan global," tutur Hans Timmer, Direktur Prospects Group Bank Dunia.
Beberapa waktu lalu, kepala Bank Sentral Australia, Glenn Stevens, mengluarkan pernyataan optimis mengenai prospek ekonomi negara. Stevens meyakini bahwa Australia relatif aman dari pengaruh krisis karena mayoritas mitra penting datang dari Asia Timur. Ia mempercayai diferensiasi pasar inilah yang akan membentengi Australia dari eropa, meski tingkat pertumbuhan Asia melambat. Australia kini menjadi satu-satunya negara maju yang steril dari resesi. Pertolongan besar bagi Aussie muncul dari kerjasama dengan Cina, khususnya melalui permintaan bijih besi dan bahan mentah.
Namun, Stevens juga tidak menganggap ringan dampak krisis eropa bagi negaranya. "Episode belum berakhir, masalah ini membutuhkan penanganan semua pihak disamping pengawasan dari Kami," komentar Stevens.